Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kumpulan Masalah dalam Pembelajaran IPS Sekolah Dasar


Kesempatan ini saya coba berbagi informasi terkait beragam masalah dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar... Masalah ini sesuai apa yang saya temukan ketika mengajar di Sekolah Dasar. 

IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar merupakan sebuah mata pelajaran yang kontenya terpadu menjadi satu kesatuan yang utuh yakni  mencakup Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, dan Antropologi. 

Hanya saja konten dalam mata pelajaran IPS Sekolah Dasar disederhanakan sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak.


Lalu Masalah Apa yang Masih Ditemukan dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar?

# Konten yang tersaji belum relevan dengan lingkungan keseharian anak/bersifat abstrak

Konten cenderung mengulas materi yang ada kaitanya dengan informasi terkait di luar keseharian anak. Artinya anak belajar tentang seluk beluk daerah lain misalnya belajar tentang peta, lingkungan alam, sumber daya alam, kegiatan ekonomi, sementara materi yang tersaji bukan materi yang ada relevansi dengan daerah/lingkungan realnya. Anak diharapkan belajar bermakna. Namun dengan hal ini tidak menjadikan pembelajaran bermakna. 

# Cakupan materi IPS tergolong padat, banyak dan bersifat konseptual/teoretis

Materi yang demikian mengharuskan atau menuntut anak untuk menghafal materi pelajaran yang begitu banyak. Kita tau bahwa kegemaran anak tidak ada yang sama, ada yang senang belajar hafalan, hitungan, berlajar yang berhubungan dengan kegiatan praktek dan lain-lain. Ini salah satu masalah yang mempengaruhi keantusiasan anak menerima materi. Apa lagi dalam kelas didominasi oleh anak-anak yang kurang suka belajar yang menuntut hafalan.

# Konten IPS cenderung mengedepankan aspek kognitif dibandingkan aspek afektif

Materi IPS cenderung belum mempertimbangkan konten berbasis nilai-nilai atau pembelajaran sikap. Padahal sangat jelas bahwa IPS salah satu pembelajaran yang mendidik anak untuk menjadi warga negara yang demokratis sedini mungkin. Kelak ketika berada di tengah-tengah masyarakat anak mampu bersosialisasi dengan baik, mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya dan anak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dimanapun anak tinggal.

# IPS sering kali dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang tidak begitu penting

Pemahaman saya pribadi bahwa pembelajaran IPS tidak menjadi mata pelajaran yang di UAN kan.  IPS masuk kategori ujian sekolah (UAS) yang diadakan setelah ujian utama (UAN). Berbeda dengan mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA menjadi perioritas utama. Secara tidak langsung sedikit banyak akan mempengaruhi adanya motivasi guru yang lebih untuk merencanakan strategi pembelajaran IPS itu sendiri. Hingga akhirnya siswa yang dibelajarkan tanpa perencanaan yang baik dan maksimal hasilnya juga kurang optimal.

# Penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang monoton

Guru cenderung masih membelajarkan IPS dengan menerapkan model pembelajaran konvensional (strategi dan metode monoton). Strategi yang dimaksud yakni strategi pembelajaran langsung dan metode ceramah. Menyampaikan materi sebatas apa yang tertera dibuku paket. Ketika anak diperhadapkan metode ini dengan materi yang harus dihafalkan jelas menjenuhkan bagi anak. Jenuh bukan berarti tidak bisa menghafal tapi sulit karena materi lewat sekilas dan apalagi sesuatu hal yang dipelajari bukan yang ada relevansinya dengan lingkungan mereka.

# Keterbatasan guru dalam melakukan pembaharuan dari penggunaan strategi maupun metode pembelajaran IPS

Ini kaitannya dengan faktor penggunaan strategi maupun metode di atas yang terbiasa diterapkan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Asumsi saya bahwa ini tidak sulit dilakukan hanya perlu waktu untuk merubah pola pembelajaran yang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun. Disamping itu pemahaman guru masih minim tentang bagaimana mengembangkan strategi atau metode pembelajaran yang bisa membangkitkan semangat dan motivasi anak belajar lebih antusias.

# Penyampaian materi pelajaran yang tidak dikaitkan dengan lingkungan real anak

Dalam konteks ini diharapkan sekiranya guru perlu mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan lingkungan keseharian anak. Tidak bisa hanya berpatokan dengan buku paket. Sehingga materi yang disampaikan tidak hanya yang ada diluar lingkungan anak tapi melibatkan lingkungan kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan masih ada guru yang menerapkan sistim mencatat materi sampai habis. 

# Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang menarik

Tidak semua sekolah memiliki kelengkapan sarana (media) belajar. Ini membutuhkan peran guru bagaimana bisa menghadirkan media pembelajaran bagi anak. Tidak perlu mahal namun bisa menjembatani anak mudah menerima materi dan tertarik dalam proses pembelajaran. Dan tidak harus mengharapkan ketersediaan saran atau fasilitas yang disediakan sekolah sepanjang masih bisa dijangkau untuk diadakan. Media pembelajaran menjadi pendukung dalam menentukan ketercapaian pembelajaran.

# Kurangnya jam pembelajaran IPS

Jam belajar IPS Sekolah Dasar terhitung 3 Jam pelajaran (3 x 35 menit). Ini dianggap masih kurang jika dibandingkan dengan kepadatan materi yang harus dibelajarkan dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Bilamana kita menggunakan metode pembelajaran yang menggiring siswa untuk terlibat aktif tentu saja dengan durasi 3 jam pelajaran ini masih dipandang kurang. Jadi masalah ini kembali bagaimana usaha guru mengemas pembelajaran dengan baik. 

# Keterbatasan buku-buku yang relevan 

Ketersedian buku sangat berdampak bagaimana anak bisa belajar mandiri. Sarana yang tersedia pada setiap sekolah tidak sama. Jangankan belajar mandiri belajar di kelas saja harus berkelompok. Karena buku yang ada sangat terbatas. Apalagi mengharapkan buku-buku relevan dan anak-anak yang kurang beruntung belum tentu bisa fotokopi atau membelinya di toko buku. 

# Proses perencanaan guru dalam memberikan tugas-tugas ke siswa kurang optimal

Menyusun tugas-tugas untuk dikerjakan oleh anak di kelas mesti melalui perencanaan yang matang. Cenderung tidak maksimal jika memberikan tugas secara tiba-tiba dan mengikuti mood guru. Karena ini akan menyangkut dengan ketepatan tindakan evaluasi yang diberikan.

# Kurangnya guru di Sekolah Dasar

Guru Sekolah Dasar identik dengan guru kelas dan masih ditemukan kurangya guru dalam satu sekolahan. Sehingga tidak mengherankan masih banyak guru honorer yang membantu. Kemudian tidak semua guru/wali kelas mampu mengajarkan IPS sekalipun di Sekolah Dasar. Mereka mengatakan bahwa tidak bisa mengajar IPS..Istilahnya kurang nyambung. Sama halnya dengan mata pelajaran lain seperti Matematika dan seterusnya. Utamanya di kelas tinggi. Kurangnya guru maka menjadi masalah dalam pembelajaran IPS. Guru/wali kelas PNS di sekolah yang bersangkutan mau tidak mau tetap mengajarkan IPS namun cenderung sebatas menjalankan rutinitas/tugas keseharian. 

Beragam masalah di atas bisa berdampak pada rendahnya motivasi anak untuk belajar IPS. Anak jenuh, bosan dan rasa mengantuk saat belajar IPS sering diungkapkan oleh guru-guru. Inilah fakta yang memang masih terjadi hingga saat ini.

Olehnya itu pencapaian hasil belajar anak pun tidak sesuai dengan harapan. Dalam Arti masih dinilai belum maksimal dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebelumnya.


Demikian penjelasan terkait beragam masalah dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Kemungkinan masih banyak masalah lain yang ditemukan oleh guru-guru dalam hal pembelajaran IPS Sekolah Dasar. Semoga bermanfaat...

Terimakasih...

1 comment for "Kumpulan Masalah dalam Pembelajaran IPS Sekolah Dasar"

  1. permisi ya
    mau numpang promosi bo kelinci99
    menyediakan 18 live game dan 4 pasaran togel ya bos
    ada bonus cashback dan bonus deposit harian
    BBM : 2B1E7B84

    ReplyDelete

Mohon Berkomentar Sesuai Topik Artikel dan Bahasa yang Sopan