Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Guru Perlu Menghargai Siswanya?


Sering kita mendengar mengapa siswa sekarang ini sudah tidak menghargai guru lagi. Kali ini saya mencoba berbagi pengalaman tentang sebaliknya "Mengapa guru perlu menghargai siswanya". Saya berbicara dalam konteks siswa Sekolah Dasar.

Bisa kita bayangkan seperti apa sih siswa Sekolah Dasar yang tidak menghargai gurunya? Jawabannya sering/tidak mengerjakan tugas, tidak ada perhatian saat guru mengajar, sering lupa membawa buku pelajaran, sering berbuat onar di kelas/di sekolah, tidak mengikuti tata tertib sekolah (tidak menggunakan topi saat upacara bendera, menggunakan kaos kaki putih dan pramuka dihari yang tidak dibolehkan) dan lain sebagainya. 

Seberapa banyak siswa yang tidak menghargai gurunya? Dan apakah pernah di teliti? Jika seseorang berprofesi guru, saya percaya jawabannya adalah jumlahnya tidak pasti. Semua berdasarkan pengalaman yang di alami dan diperhadapkan di depan mata setiap hari saat menjalankan rutinitas. Atas dasar itulah kita tidak bisa mengatakan “siswa sekarang ini”... Kondisi seperti ini bukan saja di SD tapi SMP, SMA bahkan di Perguruan Tinggi pasti mengalami hal yang sama. Ada siswa yang menunjukkan perilakunya sangat menghargai guru. Ada juga siswa yang menunjukkan perilakunya tidak menghargai guru.


Lalu Apa Faktor Penyebab Siswa Tidak Menghargai Gurunya?

Dari Segi siswa

# Kepribadian siswa yang sudah terbentuk akibat terbiasa hidup dan dibesarkan dilingkungan keluarga yang tidak terkontrol dan tidak harmonis. Lingkungan seperti ini berdampak siswa menjadi kurang perhatian, sehingga anak berulah agar bisa mendapat perhatian lebih oleh guru. 
# Lingkungan sosial yang tidak mendukung. Jika anak berada di lingkungan yang tidak kondusif/kurang bagus untuk membantu pembentukan kepribadiaannya, anak bisa saja dengan mudah terpengaruh bersikap dan bertindak yang tidak diinginkan, acuh tak acuh, apalagi sudah ditunjang dengan lingkungan keluarga yang tidak terkontrol.
Masih banyak faktor lainnya, saya hanya memaparkan apa adanya sesuai pengalaman. Dua faktor itu sebenarnya bukan jaminan siswa tidak menghargai guru, namun lebih cenderung. Karena kondisi lingkungan keluarga yang terkontrol dan harmonis pun, bisa saja anak kurang menampakkan perilaku menghargai. Anak yang mendapat perhatian khusus, kontrol yang baik dari kedua orang tua, tanpa adanya sikap otoriter, kecil kemungkinan untuk terjadi hal demikian.

Dari Segi Guru

# Sikap guru saat berada di dalam dan luar kelas. Guru terkadang belum menunjukkan keteladanan bagi siswanya. Padahal secara tidak langsung siswa Sekolah Dasar itu mengamati dan meniru apa yang dilakukan gurunya. Misalnya membagi buku siswa dengan cara dibuang begitu saja, saat siswa tidak mendengar penjelasan guru lantas dengan santai mencoret pipi murid menggunakan spidol. Siswa yang berbuat onar saat belajar dilempari penghapus. Mengajar dengan cara teriak-teriak/mata melotot. Disertai memukul papan tulis, memukul meja saat emosi atau kekesalan yang muncul sesaat.
# Berbicara kasar kepada siswa. Guru yang mendidik semestinya tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diperdengarkan kepada siswa. Misalnya kurang ajar, kamu bodoh, begitu saja kamu tidak bisa menyelesaikan tugas, maunya kamu apa sih dan lain-lain.
# Proses pembelajaran di kelas yang diberikan guru belum menarik perhatian siswa. Baik dari aspek materi dan cara menyampaikannya, metode yang digunakan, ketersediaan media/alat bantu yang tidak mendukung sehingga siswa lebih memilih untuk bercanda atau berulah sesama teman ketimbang mendengarkan penjelasan guru. Proses itu terus ditemui siswa, maka akan menjemukkan sehingga muncullah siswa yang bawaanya  kurang semangat bahkan mengantuk. Coba saja jika kita memberikan materi dari berbagai mata pelajaran apapun itu dengan cara menarik, otomatis rasa ngantuk bisa hilang seketika. Karena dengan asumsi kita bahwa tidak semua materi yang dibelajarkan di sekolah disenangi oleh setiap siswa. Ada yang suka belajar IPS atau IPA atau Matematika, Bahasa Indonesia dan lainya. 
# Menampakkan perhatian lebih kepada murid-murid tertentu karena adanya ikatan kekeluargaan, kerabat, anak pejabat dan lain sebagainya. Memberi perhatian yang lebih karena ada faktor kedekatan, hal yang bisa membuat siswa lainnya merasa tersisih.
Dari keempat aspek tersebut memungkinkan anak untuk meniru perilaku guru. Guru yang bertindak dan berperilaku semaunya, akan berdampak negatif pada tanggapan atau persepsi maupun rasa hormat siswa kepada gurunya. Mereka tidak bisa mengatakan perasaan mereka kepada kita. Kita tidak tau perasaannya, tapi secara psikologis merasa seolah-olah mereka tidak diakui. Maka jangan  berbahagia jika mendengar bahwa anak lebih takut guru dibandingkan dengan orang tuanya. Itu bisa saja terjadi saat anak berada di sekolah, karena implikasi tekanan yang dirasakan siswa ketika menghadapi guru. Belum tentu ketika di luar sekolah.

Bagaimana Solusi Menghadapi Siswa yang Demikian?

Solusi yang bisa kita lakukan dari segi siswa misalnya:
# Berikan perhatian yang lebih tapi tidak perlu ditampakkan di dalam kelas, gunakan waktu-waktu tertentu agar bisa komunikasi berdua dengan anak layaknya memberikan nasehat seperti orang tuanya di rumah. Tidak ada yang instan bisa merubah karakter seketika. Tapi butuh waktu dan konsistensi seorang guru dapat melakukannya dengan cara dan triknya sendiri. 
# Kemudian ciptakan lingkungan kelas yang kondusif, sehingga semua anak merasa berada dalam ruang yang memiliki seperti adanya ikatan kekerabatan yang erat. Tidak hanya itu, justru semua siswa merasa di akui keberadaannya.
Solusi yang bisa kita lakukan dari segi guru dalam konteks luas misalnya:
# Sekolah harus menjadi wadah pendidikan karakter anak bukan hanya fokus mengejar pengetahuan sebagai bekal menghadapi ujian akhir, mendapatkan nilai yang tinggi, mendapatkan peringkat satu dan seterusnya. Kita wajib mengikuti kurikulum dari segi akedemis, namun jangan lupa selama proses itu anak tumbuh dan berkembang mengikuti nilai-nilai, norma dan etika yang ada. 
# Guru harus mampu mengelola pembelajaran, menunjukkan kepribadian yang arif, mulia, berwibawa dan menjadi teladan, mampu berkomunikasi dengan baik kepada siswa ataupun pihak orang tua/wali serta mampu menguasai materi pelajaran disetiap pembelajaran. Komponen ini merupakan  wajib dimiliki oleh guru. 

Lalu Mengapa Guru Harus Menghargai Siswanya? 

Tanpa siswa, guru bukanlah siapa-siapa dan sebaliknya. Guru tidak akan menjadi guru jika tidak ada siswanya. Siswapun tidak memiliki arah mau kemana, jika di sekolah tanpa adanya guru-guru. Guru menjalankan tugasnya mendidik, membimbing, melatih dan mengarahkan siswa. Maka siswa wajib menghargai guru. Pengganti orang tua di sekolah adalah guru. Olehnya itu jadilah guru yang diidamkan atau didambakan oleh murid, seperti murid mendambakan orang tuanya di rumah. Tentu saja untuk mencapai hal itu, guru pun juga harus bisa menghargai muridnya.
Karakteristik guru berbeda-beda begitupun siswa. Dalam hal ini anak yang sopan/memiliki rasa penghargaan yang tinggi, disiplin, rajin, tentu lebih cenderung menyenangi atau mendambakan seorang guru yang menghargai siswanya, guru yang disiplin, guru yang rajin, guru yang bersahabat dan lain-lain. Bersahabat artinya guru yang tidak pilih kasih memberikan perhatian kepada muridnya. Sedangkan siswa yang rada-rada kurang sopan, tidak disiplin, malas, kecenderungannya juga tidak mempermasalahkan kondisi ini karena merasa memiliki kesamaan karakter. Jadi sebisa mungkin memahami karakter siswa kita.
Kira-kira inilah yang bisa kita maknai, sehingga apa yang diharapkan ketika diperhadapkan dengan siswa kita, merupakan cerminan diri seorang guru.

Kesimpulannya:

Siswa harus menghargai guru begitupun juga guru harus bisa menghargai siswanya. Artinya siswa adalah sosok anak harus dibekali dengan baik untuk kehidupannya kelak mencapai kesuksesaan melalui kompetensi guru yang memadai, teladan yang baik, menciptakan lingkungan pembelajaran di kelas yang menarik dan bersahabat.
Penting adanya sosok guru yang mau menerima kekurangan dan kelebihan siswanya, sehingga dapat memperlakukan siswa itu sebagaimana mestinya dengan tepat. 
Jika demikian dibangun oleh seorang guru, perlahan-lahan akan terbentuk guru yang berwibawa. Sehingga dengan sendirinya guru mendapatkan penghargaan yang tinggi dari siswanya ketika telah mampu menjadi sosok pribadi yang didambakan oleh murid-muridnya. 

Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat bagi teman-teman.
Terimakasih...


Post a Comment for "Mengapa Guru Perlu Menghargai Siswanya? "