Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Kearifan Lokal Muna Sebagai Landasan Pendidikkan Karakter di Sekolah Dasar

Apakah Makna Kearifan Lokal Muna?

Kata kearifan dalam KBBI dimaknai sebagai kebijaksanaan atau kecendekiaan. Sedangkan kata lokal menunjukkan terjadi/berlaku/ada di suatu tempat atau setempat.  Maka kearifan lokal Muna merupakan berbagai kebijaksanaan yang ada di Muna. Kebijaksanaan inilah yang menjadi budaya di daerah kita masing-masing atau disebut budaya lokal. 

Secara Umum Apa Saja Contoh-contoh Kearifan Lokal Muna?

Rumah Adat, Pakai Adat, Bahasa Daerah, Tarian Daerah, Senjata Tradisional, Alat Musik Daerah, Makanan Khas Daerah, Seni Pertunjukkan Daerah, Bebagai petuah/nasihat yang diwariskan secara turun temurun khususnya suku Muna.

Bagaimana Bentuk-bentuk Kearifan Lokal Muna?

Kearifan lokal yang  berbentuk fisik/berwujud (tengible) antara lain arsitektural/sejenis bangunan yang bersifat tradisional misalnya rumah adat Muna yang disebut Galampa. Karya seni misalnya tarian daerah Muna yang disebut Tari Linda. Dan benda cagar budaya/benda tradisional misalnya sejata tradisonal Muna yang disebut Keris 
Kearifan lokal yang tidak berwujud (intengible) yakni berbagai petuah yang diwariskan secara turun temurun dari para orang tua zaman dahulu kala dan masih tetap ada serta mampu  bertahan hingga saat ini. Penyampaian petuah-petuah ini dilakukan secara lisan/verbal. Olehnya itu tidak mengherankan sering kita dengarkan dari orang kita di rumah atau orang tua yang ada di sekitar kita sejak kecil. Petuah-petuah ini mengandung falsafah/pandagan hidup, nilai-nilai, norma, etika, kepercayaan, kebiasaan maupun adat-istiadat. Fungsi dari berbagai petuah ini dapat dijadikan sebagai kepercayaan, petuah, pantangan dan larangan dalam mengendalikan tingkah laku kita di kehidupan sehari-hari.

Mengapa Kearifan Lokal Menjadi Landasan Pendidikkan Karakter di Sekolah Dasar?

Kearifan lokal dipandang penting dan positif karena tumbuh dan menyatu dalam kehidupan masyarakatnya dengan berbagai kandungan nilai keteladanan sehingga mampu mengarahkan cara berpikir, bersikap dan bertindak atau berperilaku yang  baik. 
Kearifan lokal penting ditengah trend pendidikan global karena dapat mengantisipasi, menyaring bahkan mentrasformasikan pengaruh budaya luar sehingga tetap menunjukkan kesesuaian dengan ciri khas masyarakat lokalnya khsusnya dalam masyarakat Muna. 
Menekankan pentingnya pendidikan sejak dini untuk memelihara dan mengembangkan budaya lokal merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, khususnya pembelajaran di Sekolah Dasar. 

Lalu Kearifan Lokal yang Mana dapat dijadikan Landasan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar?

Kearifan lokal yang dapat dijadikan landasan pendidikan karakter di Sekolah Dasar yaitu kearifan lokal yang tidak berwujud.  Kearifan lokal ini bisa dikatakan sebagai kearifan lokal di bidang pranata sosial. Bidang pranata sosial artinya sistem tingkah laku sosial atau adat-istiadat atau norma-norma yang mengatur tingkah laku dalam masyarakat.

Kearifan lokal tersebut saya kelompokkan menjadi 4 bagian yaitu; (1) Hakikat Sifat-sifat Ketuhanan dalam Kehidupan Masyarakat Muna; (2) Hakikat Falsafah Moral Pobhini-bhiniti Kuli (3) Hakikat Falsafah Moral Kerja dalam Masyarakat Muna; (4) Hakikat Falsafah Moral Pemerintahan dalam Masyarakat Muna.

#1. Hakikat Sifat-sifat Ketuhanan dalam Kehidupan Masyarakat 

Hakikat sifat-sifat Ketuhanan tidak dimaknai sebagai sifat-sifat Tuhan tetapi hakikat disini berarti Tuhanlah yang memberikan dan menanamkan beberapa ajaran tentang sifat-sifat dalam kehidupan.  Sehingga saya asumsikan hakikat sifat-sifat Ketuhanan merupakan pedoman wajib yang diamalkan dalam kehidupan masyarakat Muna. Hakikat sifat-sifat Ketuhanan dijabarkan sebagai berikut:
Odadi, artinya hidup. Manusia hidup di dunia bersifat sementara, tujuan akhir adalah akhirat. Bersyukur atas segala kehidupan saat ini dan selalu bertobat kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Makna yang terkandung dalam odadi yaitu semasa hidup sebaiknya berbuat baik untuk diri sendiri dan masyarakat, berusahalah dengan tenaga dan pikiran sendiri jangan mengharapkan bantuan atau pertolongan orang lain selagi bisa berusaha, janganlah mencelakai orang lain sekalipun kita dirugikan atau dicelakainya. Kita harus saling mengingatkan dalam hal kebaikan agar selamat dunia dan akhirat.  
Okapande, artinya pengetahuan, merupakan segala sesuatu yang manusia ketahui sebagai hasil dari proses mencari tau. Manusia dibekali akal dan pikiran atau otak oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk memahami segala sesuatu yang ada di alam dan untuk mempertahankan kelangsungan manusia. Gunakanlah pengetahuan untuk hal kebaikan seperti bertutur kata dan berperilaku baik. 
Okahandaki, artinya kekuasaan, merupakan kewenangan untuk melakukan sesuatu hal yang diamanahkan. Menjalankan kekuasaan tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan dan kebaikan bersama masyarakat. Memiliki kekuasaan tidak boleh bertindak semena-mena. Kekuasaan harus dibarengi sifat pandai (nopande), menghargai (koadhati), dipercaya atau jujur (notiparasaea), disenangi atau tidak sombong (notimaasigho), bersifat terbuka (notilengka) dan memiliki kesabaran (nokosabara). Manfaatkanlah pengetahuan sebaik-baiknya agar mampu membimbing dan menuntun tindak kekuasaan senantiasa berada pada jalan kebaikan.  
Opofetingke, artinya pendengaran. Tanpa pendengaran kita tidak dapat mendengarkan semua bunyi yang ada di alam. Dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar kalimat “ada dua telinga dan satu mulut” maknanya banyaklah mendengar dari pada berbicara atau dengarkan dulu apa yang disampaikan barulah berbicara. Dalam hal ini mendengarkan nasehat orang tua, guru, teman/siapa saja yang menginformasikan kebaikan kepada kita.  
Opowura, artinya penglihatan. Melihat merupakan sesuatu hal yang dilakukan setiap makhluk hidup yang bergerak bahkan orang yang secara fisik tidak melihat dengan mata sekalipun (buta) membutuhkan dan melakukan penglihatan juga. Semua merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Gunakanlah penglihatan terhadap hal-hal yang sifatnya baik dan bermanfaat bagi diri kita. 
Opobhausa, artinya tutur kata atau perkataan. Bertutur harus dipikirkan terlebih dahulu agar tidak menyakiti sesama, seperti ungkapan fekiri deki maka pogau yang berarti berpikirlah dahulu sebelum berbicara atau berpikirlah dahulu sebelum mengeluarkan kata-kata. 

#2. Hakikat Falsafah Moral Pobhini-bhiniti Kuli 

Falsafah moral pobhini-bhiniti kuli (saling mencubit kulit masing-masing) merupakan pedoman hidup masyarakat Muna agar senantiasa berakhlak baik dan bertoleransi dengan sesama manusia. Dalam kehidupan, ungkapan ini diartikan jika mencubit kulit sendiri terasa sakit, begitupun  mencubit kulit orang lain akan merasakan sakit yang sama. 

Makna yang tertuang dalam ungkapan tersebut adalah bertindak harus dipikirkan terlebih dahulu agar tidak menyakiti orang lain. Jadi kalau kita tidak ingin disakiti, maka jangan kita menyakiti orang lain. Ungkapan pobhini-bhiniti kuli dijabarkan dalam sikap-sikap berikut ini: 
Pomaa-maasigho, artinya saling menyayangi. Ungkapan ini mengajarkan kita senantiasa tulus menyayangi sesama. Semua makhluk adalah ciptaan Allah SWT. Bersifat adilah sesama teman, tidak pilih kasih dalam berteman, menjaga komunikasi yang baik sesama teman dan tidak berbuat kasar dengan teman (memukul, menendang, menghina atau mengejeknya). 
Popia-piara, artinya saling mengasihi atau saling memelihara. Ungkapan ini mengajarkan kita berakhlak mulia. Mengasihi baik teman dalam keadaan senang maupun susah. Sikap popia-piara diwujudkan dengan cara berbagi makanan, menjenguk teman yang sakit, menolong teman yang kekurangan, kecelakaan, terjatuh pingsan, lupa membawa alat tulis dan lain-lain. 
Poangka-angkatauartinya saling menghormati. Ungkapan ini mengajarkan kita wajib menghormati sesama tidak memandang suku, agama, ras, golongan, usia lebih tua atau lebih muda. Siapa yang dihormati? orang tua, guru-guru, teman-teman, adik kelas/kakak kelas dan masyarakat sekitar kita. Jika menghormati orang lain, kita pun akan dihormati.  
Poadha-adhati, artinya saling menghargai. Ungkapan ini mengajarkan kita agar memiliki adat sopan santun terhadap sesama. Contohnya ketika lewat depan orang yang berkumpul dan bercerita maka harus menundukkan badan dan menurunkan tangan kanan di bawah lutut sambil berkata tabea (permisi), ketika orang lain berbicara maka tidak boleh memotong pembicaraan, ketika makan tidak boleh bernyanyi, ketika berjalan dengan perempuan maka perempuan harus duluan, senantiasa mendahulukan yang tua dalam suatu aktivitas yang membutuhkan antrian. Selain itu kita pun harus menghargai pendapat teman saat diskusi kelompok, menghargai dan menerima keputusan bersama, menghargai kemenangan teman serta  menghargai budaya teman.

#3. Hakikat Falsafah Moral Kerja dalam Masyarakat Muna

Hakikat falsafah moral kerja merupakan pedoman hidup masyarakat Muna dalam menjalankan tugas atau aktivitas masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Falsafah ini berbunyi fekamara-marasai, koeana marasai, koemo marasai, o marasaigho yang berarti bergiatlah bekerja, bakal engkau bahagia, bermalas-malaslah kerja bakal engkau sengsara atau bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian. Ungkapan itu mengajarkan kita agar berusaha dan bekerja keras. Orang tua bekerja keras tanpa mengenal lelah demi keluarga, menyekolahkan anak diiringi doa yang tak henti, kelak anaknya menjadi orang yang sukses. 
Maka seorang siswa wajib menjalankan amanah orang tua dengan cara giat belajar, rajin membaca agar pengetahuan bertambah, tidak boleh mengeluh dalam mengerjakan tugas yang diberikan, tidak boros, rajin menabung dan belajar hidup hemat. Segala sesuatu yang kita lakukan dengan hati yang ikhlas, sabar akan menuai keberhasilan.

#4. Hakikat Falsafah Moral Pemerintahan dalam Masyarakat Muna

Falsafah moral pemerintahan merupakan pedoman yang mengikat masyarakat Muna dalam bertingkah laku yang sesuai dan diterima oleh kalangan masyarakat. Falsafah moral ini dicetuskan oleh La Manuru, bergelar Sugi Manuru (Raja ke-6) pada masa pemerintahannya yang berbunyi: hansuru badha sumano kono hansuru liwu (biar badan hancur lebur asalkan negeri/daerah/kampung tetap utuh), hansuru liwu sumano kono hansuru adhati (biar negeri/daerah/kampung  hancur yang penting adat tetap tegak). Disimpulkan adatlah yang menjadi peraturan tertinggi yang harus dijunjung tinggi oleh masyarakat. 

Setelah La Ode Abdul Rahman, bergelar Sangia Latugho (Raja ke-16), falsafah tersebut ditambahkan hansuru adhati sumano kono hansuru agama (biar adat hancur melainkan agama tetap tegak). Sejak itulah pedoman tertinggi dalam masyarakat adalah adat.
Hansuru badha sumano kono hansuru liwu artinya biar badan hancur lebur asalkan negeri/daerah/kampung tetap utuh. Ungkapan ini bermakna senantiasa mendahulukan kepentingan daerah dari pada kepentingan pribadi. Daerah merupakan tempat dimana kita melangsungkan kehidupan dan diri kitalah yang akan mengendalikan kehidupan di muka bumi dan lingkungan alam sekitarnya. Perilaku kita yang mencerminkan ungkapan tersebut misalnya menjaga persatuan, tidak berbuat onar sehingga tercipta hidup damai dan harmonis, menjaga kebersihan kampung sehingga lingkungan sehat jauh dari penyakit, giat belajar agar berprestasi dan dapat membawakan nama baik daerah kita
Hansuru liwu sumano kono hansuru adhati, artinya biar negeri/daerah/kampung hancur yang penting adat tetap tegak. Ungkapan ini bermakna untuk senantiasa memelihara adat istiadat. Jadi Setiap orang harus berusaha agar tingkah laku sehari-harinya sesuai dengan adat-istiadatnya yang dilandasi dan dikuatkan oleh ajaran agama. Memelihara adat istiadat maka dengan sendirinya daerah dapat dipertahankan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan adat istiadat yaitu bangga dan cinta akan budaya kita sendiri, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, memedomani nilai-nilai budaya dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari baik ketika berada di rumah, sekolah dan masyarakat. Nilai budaya merupakan sifat atau hal penting yang menjadi kebiasan masyarakat namun berguna dalam kehidupan manusianya. Nilai-nilai budaya tersebut antara lain tidak membandingkan diri kita dengan orang lain (dokosabara), perkataan harus sesuai dengan perbuatan (kaseiseno pogau bhe podiunto), berfikir dahulu sebelum bertindak (dofekiri deki maka dokorabu), rajin-rajin atau sering belajar, sabar dan tabah, maka akan menuai keberhasilan (menturu, mentara maka mengkora) dan lain sebagainya.
Hansuru adhati sumano kono hansuru agamaartinya biar adat hancur melainkan agama tetap tegak.  Ungkapan ini bermakna bahwa agama merupakan pedoman utama dalam menjalani kehidupan sebagai keyakinan  kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Rela mempertaruhkan diri, daerah, adat istiadat demi agama. Integrasi (penyatuan) nilai Islam dalam adat Muna tercermin dalam ungkapan agama itu adalah adat dan adat itu adalah agama. Maksudnya agama harus dijadikan sebagai adat kebiasaan dan sebaliknya adat kebiasaan harus dilandasi dan dikuatkan oleh ajaran agama. Jadi semua persoalan yang timbul karena adat, maka sebagai tempat acuan rujukannya adalah ajaran agama. Mempertahankan agama dapat kita lakukan dengan cara berperilaku sesuai dengan ajaran agama masing-masing, wajib membela agama, menyampaikan kebaikan kepada orang lain atau teman kita yang sumbernya dari agama, berusaha untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhkan perbuatan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. 
Kearifan lokal Muna tersebut sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa Sekolah Dasar sebagai regenerasi pengetahuan akan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini sehingga menjadikan manusia yang berbudaya dan tidak akan kehilangan arah dalam bertindak dan berperilaku. Nilai-nilai tersebutlah yang menjadi standar suatu perbuatan, sikap dan tingkah laku yang menentukan siapa kita ini sebenarnya, lalu bagaimana kita hidup di masyarakat dan bermasyarakat serta bagaimana kita memperlakukan orang lain di sekitar kita bahkan di manapun kita berada. Sehingga dijadikannya sebagai pedoman hidup dalam menjalankan kehidupan hingga kelak.

Itulah berbagai kearifan lokal Muna yang dapat dijadikan sebagai landasan pendidikan karakter di Sekolah Dasar...Semoga bermanfaat bagi teman-teman.

Teimakasih...

2 comments for "Contoh Kearifan Lokal Muna Sebagai Landasan Pendidikkan Karakter di Sekolah Dasar"

  1. Sangat membantu... Terima kasih..

    ReplyDelete
  2. Request tulisan tentang Pembelajaran IPS di SD,, butuh banyak belajar dari mimin.. hehee ;) :D

    ReplyDelete

Mohon Berkomentar Sesuai Topik Artikel dan Bahasa yang Sopan