Kumpulan Peninggalan Sejarah di Kabupaten Muna
Peninggalan sejarah di Kabupaten Muna sangat banyak. Kemungkinan tidak semua diketahui oleh masyarakat setempat. Apalagi dimanfaatkan sebagai objek wisata sejarah, termasuk saya pribadi, banyak tempat belum pernah saya kunjungi. Mengapa demikian?
Menurut saya ada beberapa alasan, misalnya:
Pertama belum maksimalnya pengelolaan pemerintah daerah untuk menjadikan peninggalan sejarah ini sebagai objek wisata sejarah. Kedua, Bagi yang tidak memiliki kendaraan agak sulit karena tidak ada transportasi khusus, kita harus mencari kendaraan secara pribadi. Ketiga, ada beberapa titik peninggalan sejarah, untuk akses jalannya sulit karena melewati hutan-hutan, ditambah permukaan jalan rusak. Keempat, keterbatasan dana. Alasan ini bersifat pribadi hanya berlaku bagi orang/masyarakat yang sulit mengumpulkan dana khusus karena masih banyak kebutuhan sehari-hari yang belum terpenuhi dengan baik.
Ayo kita simak kumpulan beberapa peninggalan sejarah di Kabupaten Muna! Namun perlu kita pahami bersama bahwa peninggalan sejarah di Kabupaten Muna, tidak hanya berbentuk fisik tapi juga non fisik. Berikut ulasannya:
1. Masjid Muna
Mesjid Muna |
Masjid Muna merupakan peninggalan sejarah dari Kerajaan Muna, terdapat di Desa Wuna Kecamatan Tongkuno. Mesjid ini dibangun Sangia La Tugho (Raja ke-16), tepatnya berada di atas bukit. Saat beliau memerintah, agama Islam ditetapkan sebagai agama Kerajaan. Maka mulailah Sangia La Tugho membangun masjid berturut-turut mulai dari Masjid Muna, Masjid Lohia, Masjid Wasolangka dan Masjid Laghontoghe.
Masjid Muna mulai mengalami pemugaran saat Ld. Dika memerintah (Raja ke-37) yang bergelar Komasigino (berjiwa mesjid) dan dijadikan mesjid kerajaan. Hingga terus diadakan perubahan dari luas serta struktur bangunan demi kepentingan masyarakat, sebab masjid ini masih digunakan untuk keperluan ibadah hingga saat ini. Masyarakat Muna menjadikan Mesjid Muna sebagai tempat yang dianggap harus dikunjungi setiap perayaan Idul Fitri maupun Idul Adha bersama keluarga masing-masing. Tidak hanya masyarakat Muna namun banyak pengunjung lainnya yang berdatangan sebagai tempat wisata religi atau wisata sejarah.
2. Mesjid Lohia
Mesjid Lohia |
Masjid Lohia termasuk peninggalan sejarah yang terdapat di Desa Kodiri Kecamatan Lohia dan dibangun oleh Sangia La Tugho (Raja ke-16) setelah membangun Masjid Muna. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, masjid Lohia sudah dipugar sebanyak 4 kali sebab masjid ini masih digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat setempat hingga saat ini.
3. Gua Metanduno (Lia Metanduno)
Gua Metanduno dapat kita jumpai di Desa Liangkobori Kecamatan Lohia. Disebut Gua Metanduno karena lukisan dalam gua tersebut adalah berbagai hewan bertanduk. Tanduk dalam Bahasa Muna adalah Tandu. Gua ini nampak pertama kita jumpai ketika memasuki situs purbakala Desa Liangkobori.
Pada dinding Gua Metanduno terdapat berbagai macam lukisan bermotif hewan, yang menunjukkan kehidupan pada zaman itu seperti berburu hewan bertanduk dalam ukuran yang cukup besar antara lain seperti sapi, jonga (rusa) dan hewan lainya. Langit-langit gua berketinggian sekitar 5 meter dengan lebar mencapai 10 meter. Jadi lukisan pada Gua Metanduno mewakili kegiatan penghuninya yang juga berburu.
Seperti Ini Kondisi dalam Gua Metanduno |
4. Gua Ngkobori (Lia Ngkobori)
Gua Ngkobori |
Dinding gua dipenuhi dengan berbagai lukisan-lukisan unik yang menggambarkan kehidupan masyarakatnya. Lukisan tersebut masih tetap terjaga keasliannya, terutama bentuk dan kecemerlangan warnanya. Lukisan ini diperkirakan terbuat dari tanah liat dan getah pohon.
Lukisan Pemburu Berkuda dan Bertombak |
Lukisan Perahu Layar |
Lukisan Pohon Kelapa |
5. Benteng Kota Muna
Tampak dari Atas Benteng Kota Muna |
Pembangunan Benteng Kota Muna adalah rencana awal Sugi Manuru atau La Manuru (Raja ke-6) sebagai strategi pertahanan yaitu memelihara keamanan, ketertiban dan menjaga kewibawaan Kerajaan Muna. Benteng ini dibuat dari batu-batu besar dan bahan perekat. Sengaja dibuat diantara dua tebing guna mengurangi resiko korban pasukan sendiri. Bila pasukan musuh bisa meloloskan diri dan mampu memanjat tebing curam, bukan berarti mereka langsung dapat masuk ke pusat kerajaan tetapi justru masuk dalam jebakan berikutnya.
Benteng Kota Muna terletak di Desa Wuna Kecamatan Tongkuno. Panjang benteng kurang lebih 8 kilometer mengelilingi Kota Muna, tinggi rata-rata 4 meter dan tebal dinding benteng (diameter) kurang lebih 1 sampai 3 meter.
Benteng ini disebut Benteng Sugi Manuru karena Beliau yang meletakkan batu pertama, sekalipun benteng baru dibangun saat pemerintahan La Posasu (Raja ke-8). Namun kondisi Benteng Kota Muna sudah tidak utuh seperti saat pertama kali dibangun. Batuan-batuan besar yang membentuk benteng sudah mulai runtuh atau berjatuhan.
Bekas Reruntuhan Benteng Kota Muna |
6. Kapal atau Perahu Sawerigadi
Tampak dari Jauh Perahu Sawerigadi |
Masyarakat Muna percaya bahwa bukti terdamparnya kapal tersebut yakni adanya bukit yang menyerupai sebuah kapal dan bagian dalamnya terdapat lubang kecil (liang). Liang tersebut dimaknai sebagai tempat duduk kapten kapal. Saat ini disebut Liano Bahutara, oleh penduduk setempat liang itu dianggap tempat keramat.
7. Kontu Kowuna (Batu Berbunga)
Bukit Kontu Kowuna |
Kontu Kowuna (Batu Berbunga) merupakan bukit batu karang yang sewaktu-waktu ditumbuhi sejenis bunga karang atau seakan-akan batu karang yang ditumbuhi rumput laut. Kontu Kowuna juga dikisahkan menjadi sebuah legenda (cerita rakyat). Letak Kontu Kowuna di Desa Bahutara (Kecamatan Kontu Kowuna), kurang lebih 2 kilometer setelah berjalan melewati lokasi kapal Sawerigadi. Kontu Kowuna inilah sebagai asal usul nama Muna.
Permukaan Bukit Kotu Kowuna Dilihat Secara Dekat |
Tampak Bunga yang tumbuh di Bukit Kontu Kowuna |
Bunganya Berwarna Putih |
8. Kontu Saidi Rabba (Batu Saidi Rabba)
Batu Saidi Rabba |
Kontu Saidi Rabba (batu Saidi Rabba) yaitu batu yang di bawa langsung Saidi Rabba dari Arab. Batu ini terdapat di Desa Kodiri Kecamatan Lohia dan diletakkan di anak tangga depan Masjid Lohia. Jadi ketika seseorang hendak memasuki masjid terlebih dahulu menginjakkan kakinya pada batu tersebut.
Selain itu kita dapat menjumpai batu lain sebagai tempat dikumandangkannya adzan dan melaksanakan shalat saat pertama kali menginjakan kaki serta tinggal menetap di Lohia sebelum masuk ke Pusat Kerajaan Kota Muna. Batu ini terletak di sisi kiri Masjid Lohia.
Batu Pertama Kali Saidi Rabba Menginjakkan Kaki, Mengumandankan Adzandan Melaksanakan Sholat Sesampainya Di Lohia |
9. Kontu Lohia (Batu Loghia)
Kontu Lohia (Posisi Batu Bagian Tengah) |
Kontu Lohia (Batu Lohia) yaitu sebuah batu yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai awal mula penamaan Kampung Lohia. Kontu Lohia terletak di halaman Masjid Lohia Desa Kodiri. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat, batu ini diyakini memiliki keberkahan.
Kontu Lohia Tampak Dilihat Secara Dekat |
10. Makam Raja-raja Muna
Makam Raja Muna terdahulu termasuk bentuk peninggalan sejarah. Makam ini berada di atas bukit kurang lebih berjarak 100 meter dari Masjid Muna.
a. Raja Muna ke-17 (1716 – 1757)
Makam Ld. Huseini |
Pada masa hidupnya, La Ode Huseini dikenal sangat taat menerapkan Syari’at Islam dalam sistem pemerintahan dan hukum adat sehingga diberi gelar “Omputo Sangia”. Selain itu Beliau mempersiapkan keamanan kerajaan dengan mendirikan benteng Wandolau, benteng parit Wasolangka, benteng Lakaulae dan benteng Latompui di Kalogha dan benteng Wa sidakari La Ebe sekitar Lasehao.
b. Raja Muna ke-21 (1779 – 1790)
Makam Ld. Umara |
Pada masa pemerintahannya,
La Ode Umara menjalani hukuman mati sebagai akibat telah berbuat nista yang melanggar hukum agama yang telah menjadi hukum adat sehingga diberi gelar “Omputo Nigege” yang berarti raja yang dihukum ikat dan gantung sampai mati.
c. Raja Muna ke-26 (1820 – 1830)
Makam Ld. Saete |
Pada masa pemerintahan La Ode Saete terjadi peperangan. Saat itu Beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke dalam Mesjid sehingga Beliau digelar “Sorano Masigi” Akibat pendekatannya dengan Mesjid banyak memperoleh kemenangan. Beliau memiliki prinsip bahwa jika diberikan kepercayaan jangan lupakan Mesjid sebagai sumber kekuatan utuh tak terkalahkan.
11. Legenda
Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Salah satu contoh legenda yang di kenal masyarakat Muna sebagai awal munculnya Kerajaan Muna yakni Bheteno Ne Tombula. Bheteno artinya muncul, Ne artinya dari, Tombula artinya tolang (sejenis bambu). Jadi Bheteno Ne Tombula berarti muncul dari tolang atau bambu. Yang bergelar Bheteno Ne Tombula bernama La Eli atau disebut Baizul Zaman yang diangkat sebagai Raja Muna pertama.
Baca juga: Kisah Legenda Bheteno Ne Tombula Sebagai Awal Munculnya Kerajaan Muna dan Raja Muna Ke-1
Baca juga: Kisah Legenda Bheteno Ne Tombula Sebagai Awal Munculnya Kerajaan Muna dan Raja Muna Ke-1
11 peninggalan sejarah di Kabupaten Muna tersebut masih merupakan sebagian saja, masih ada yang belum terekspos. Saya hanya menyajikan sesuai apa yang saya ketahui dan pelajari ketika melakukan pengembangan produk model pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam proses menempuh studi. Gambar-gambar peninggalan sejarah yang tersaji saya gunakan dokumentasi pribadi. Kalau kondisi gambar sekarang ini sudah berubah teman-teman jangan kaget sebab pengambilan gambar dilakukan pada tahun 2016. Gambar aslinya saya dapatkan menggunakan jasa bantuan teman domisili di Kabupaten Muna. Semoga ulasan kumpulan peninggalan sejarah di Muna bermanfaat bagi teman-teman yang sedang mencari tau.
Terimakasih.
Post a Comment for "Kumpulan Peninggalan Sejarah di Kabupaten Muna"
Mohon Berkomentar Sesuai Topik Artikel dan Bahasa yang Sopan