Mengapa Perlu Harmonis dengan Diri Sendiri?
Kesempatan ini saya coba berbagi cerita mengapa perlu harmonis dengan diri sendiri. Wujud keharmonisan setiap orang akan berbeda-beda. Kembali kepada individunya bagaimana menyikapi hidup dan kehidupan di sekitarnya.
Beberapa hal yang perlu dipahami bahwa setiap manusia terdapat sebuah kesatuan yakni pikiran, hati dan tubuh.. Pada saat ketiga komponen ini tidak dalam satu kesatuan, manusia dalam keadaan tidak waspada, lemah, lamban bereaksi, baik secara fisik maupun mental sehingga kemampuan mengambil keputusan yang baik secara cepat dan tepat pun sangat berkurang.
Begitu juga sebaliknya pada saat manusia mengharmoniskan semua elemen dalam dirinya maka manusia tersebut akan lebih menyadari keberadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya, sehingga kapanpun diperlukan, manusia tersebut dapat memanfaatkan potensi dirinya baik fisik maupun mental secara lebih optimal.
Apakah yang Menjadikan Diri Bisa Harmonis?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, harmonis itu diartikan seiya-sekata. Keharmonisan dalam diri akan terjadi apabila terdapat kesamaan atau keseiya-sekataan antara pikiran dan hati nurani.
Kata hati dipengaruhi berbagai faktor diantaranya:
Insting dan kondisi spritual dalam diri manusia
Sementara pikiran dipengaruhi berbagai faktor diantaranya:
Perasaan. Perasaan mempengaruhi pikiran seseorang karena dalam setiap kondisi tingkat pemikiran yang dialami, berbeda-beda tergantung tingkat kekuatan seseorang dengan pikirannya misalnya berhubungan dengan pengontrolan diri saat ketakutan.
Lingkungan. Lingkungan sangat mempengaruhi pikiran seseorang, karena dengan dukungan lingkungan maka seseorang bisa melakukan hal-hal yang berbeda.
Individu. Bila mengalami kesendirian atau kesepian, seseorang akan kehilangan akal sehatnya.
Keharmonisan dalam diri antara hati dan pikiran akan menjadikan kita terbawa dalam gerbang kebahagiaan. Untuk mewujudkan keharmonisan dalam diri sendiri bukanlah merupakan perkara yang mudah karena selalu terjadi perbedaan pandangan antara hati nurani dan pikiran kita yang masing-masing orientasinya berbeda.
Hati selalu mengantarkan diri kita kepada kebahagiaan, ketenangan, kedamaian. Lain halnya dengan pikiran yang selalu berorientasi pada pemenuhan sesuatu atas dasar kebutuhan yang tidak disertai dengan kepuasan.
Keharmonisan dalam diri dapat diwujudkan apabila kita selalu menyesuaikan antara perkataan hati dan perkataan pikiran yang kemudian diselaraskan dengan maksud perkataan hati dapat dipenuhi dan perkataan pikiran juga terpenuhi.
Kemudian Apakah Saya Telah Harmonis Pada Diri Sendiri?
Ini adalah pertanyaan yang cukup sulit dijawab mengingat dalam diri saya sering kali terjadi selisih pendapat antara hati dan pikiran yang dapat terjadi berkali-kali bahkan puluhan kali dalam sehari khususnya menyangkut masalah kebutuhan dunia.
Namun demikian, tidak sedikit hal yang dimenangkan oleh hati dan tidak sedikit pula yang dimenangkan oleh pikiran dalam pengambilan keputusan. Satu hal yang menjadi catatan bagi diri saya bahwa ketika melakukan sesuatu dengan mengabaikan kata hati, maka hasil akhir yang saya peroleh kebanyakan berbuah penyesalan.
Jika hal tersebut tidak dapat dikembalikan kepada posisi yang semula mengingat waktu yang terus berjalan maka hanya penyesalan permanen yang diperoleh dan hanya dapat ditutupi oleh aktivitas positif atau aktivitas menghibur lainnya untuk menutupi/sejenak melupakan kekecewaan yang dialami oleh hati akibat tidak diturutinya kata hati itu.
Saya meyakini bahwa hati pada umumnya selalu berhubungan dengan bisikan sang Khalik. Namun bagi saya, dengan keyakinan kita masing-masing serta berbagai macam kesibukan yang ada menjadikan sulit membedakan mana bisikan hati dari Tuhan, dan mana bisikan hati sebagai hasil kerjasama antara pikiran dan bujukan setan.
Dengan demikian, ketika pelaksanaan ucapan, tindakan atau lainnya yang dilaksanakan dari hasil bujukan setan akibat tidak mampunya diri saya membedakan dua hal tersebut maka selalu berbuah penyesalan. Karena setiap sikap atau tindakan yang bersumber dari keburukan maka pada umumnya akan berhasil buruk.
Begitupun sebaliknya ketika melaksanakan sesuatu yang merupakan bisikan hati dari Tuhan maka selalu berbuah kebaikan dan hal tersebut dapat membuat kepuasan antara hati dan pikiran tanpa mengabaikan tindakan lebih lanjut.
Olehnya itu hasil pelaksanaan aktivitas keseharian, saya simpulkan ada empat bentuk yang terjadi yaitu:
Apa yang saya laksanakan baik dalam bentuk ucapan, perbuatan atau lainnya mendapatkan hasil yang positif yang dapat diterima oleh hati dan pikiran.
Apa yang saya laksanakan baik dalam bentuk ucapan, perbuatan atau lainnya mendapatkan hasil yang dapat diterima oleh hati dan tapi tidak dapat diterima oleh akal pikiran.
Apa yang saya laksanakan baik dalam bentuk ucapan, perbuatan atau lainnya mendapatkan hasil yang dapat diterima oleh pikiran tetapi tidak dapat diterima oleh hati.
Apa yang saya laksanakan baik dalam bentuk ucapan, perbuatan atau lainnya mendapatkan hasil yang tidak dapat diterima oleh hati dan pikiran.
Selanjutnya Bagaimana dengan Keharmonisan Mengenai Pekerjaan Sendiri?
Antara pekerjaan dengan pola hidup diri saya, secara langsung saya memandang bahwa pada aktivitas-aktivitas tertentu, yang membuat harmonis adalah tugas yang dipercayakan kepada saya. Jika tugas itu adalah sesuai dengan profesi saya, maka saya akan harmonis dengan diri saya sendiri. Ketika itu saya melaksanakannya dengan santai tanpa beban atau pikiran setres untuk menjalaninya.
Dan jika tugas itu tidak sesuai dengan kemampuan dibidang profesi saya, maka pekerjaan itu menjadi tidak harmonis dengan diri saya sendiri. Contoh saya bertugas sebagai tenaga pendidik maka pekerjaan yang menjadi harmonis dengan diri saya adalah kegiatan mengajar.
Karena itu, jika saya merasa tidak nyaman dengan sebuah pekerjaan, pasti ada ketidakharmonisan antara diri saya dengan pekerjaan tersebut, sehingga terjadi berbagai macam, misalnya menunda pekerjaan, ada pikiran yang membebani dalam aktivitas keseharian dan lain sebaginya.
Keharmonisan antara diri saya sendiri dan pekerjaan ini bersifat relatif. Tidak sepenuhnya pekerjaan yang saya dapat lakukan akan harmonis dengan diri saya sendiri, meskipun beberapa pekerjaan mungkin demikian.
Gambarannya, saya pernah mengajar sebagai tenaga dosen dan guru honorer di Sekolah Dasar. Tugas tambahan misalnya sebagai tenaga administrasi. Dalam kondisi ini saya harmonis dengan mengajar tapi tidak selamanya harmonis dengan tugas tambahan tersebut.
Sehingga saya merasa bahwa sempurna atau terjadinya keharmonisasian antara diri dan pekerjaan saya, akan terjawab secara langsung.
Lalu Apa Pentingnya Harmonis dengan Diri Sendiri?
Ketika kita harmonis dengan diri sendiri, sudah tentu kitapun bisa harmonis dengan orang lain. Sehingga dimanapun kita berada, lingkungan akan menerima kehadiran kita dengan baik melalui ucapan, sikap dan tindakan kita yang seiya-sekata....Dasar itulah mengapa kita harus harmonis dengan diri kita sendiri.
Namun dalam hal ini tidak selamanya saya mampu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan itu terdapat dalam diri saya bahkan diluar diri sendiri.
Ketidaksempurnaan dalam mengharmonisasikan karena mengingat banyaknya hal yang belum dicapai baik akibat dalam memperjuangkan kebaikan tersebut saya anggap gagal melaksanakannya sebagai bentuk kesalahan keputusan dalam pelaksanaan tindakan akibat dari dominasi pikiran atas kebutuhan yang tidak berlandaskan hati yang baik.
Dengan demikian Agamalah satu-satunya yang memberikan suasana psikologis tentu dalam mengurangi ketidakharmonisasian, bawaan stres, tekanan ataupun pikiran-pikiran buruk. Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi diri saya. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kesetabilan dalam hidup.
Semoga cerita perlunya saya harmonis dengan diri sendiri bisa bermanfaat bagi teman-teman....
Terimakasih...
Post a Comment for "Mengapa Perlu Harmonis dengan Diri Sendiri?"
Mohon Berkomentar Sesuai Topik Artikel dan Bahasa yang Sopan